PERKEMBANGAN LEMBAGA INTERNASIONAL DAN PERAN INDONESIA DALAM KERJA SAMA INTERNASIONAL
PERKEMBANGAN
LEMBAGA INTERNASIONAL DAN PERAN INDONESIA DALAM KERJASAMA INTERNASIONAL

DISUSUN OLEH :
1. Suci Nuraini –
Ketua 5. Ni
Putu Sivananda
2. Dalfa Fatihattu
Zachra – Sekretaris 6.
Salma Noi
3. Diah Hapany -
Moderator 7. Rifa Intan T.
4. Dwi May Lina 8.
Tiara Regita S.
SMP Negeri 9 Bekasi 2015/2016
BAB XV
PERKEMBANGAN LEMBAGA INTERNASIONAL
DAN PERAN INDONESIA DALAM KERJA SAMA INTERNASIONAL
A. Konferensi Asia-Afrika (KAA) dan
Peran Indonesia
1. Latar Belakang
diselenggarakannya KAA
Setelah berakhirnya Perang Dunia II pada bulan
Agustus 1945, tidak berarti berakhir pula situasi permusuhan diantara
bangsa-bangsa di dunia. Muncul masalah baru yang mengakibatkan permusuhan yang
terus berlangsung terutama di Asia Afrika. Masalah-masalah tersebut sebagian
disebabkan oleh lahirnya dua blok kekuatan yang bertentangan secara ideology
maupun kepentingan, yaitu blok barat dan blok timur. Blok barat dipimpin oleh
Amerika Serikat dan Blok timur dipimpin oleh Unisoviet. Tiap-tiap blok berusaha
menarik negara-negara Asia dan Afrika.
Timbulnya pergolakan di dunia disebabkan
pula masih adanya penjajahan terutama di belahan Asia dan Afrika. Pada umumnya
dunia Asia dan Afrika merupakan daerah jajahan bangsa barat dalam aneka bentuk.
Tetapi sejak tahun 1945, banyak di daerah Asia Afrika menjadi negara merdeka
dan banyak pula yang masih berjuang bagi kemerdekaan negara dan bangsa mereka.
Beberapa negara Asia Afrika yang telah merdekapun masih banyak yang menghadapi
masalah-masalah sisa penjajahan seperti Indonesia tentang Irian Barat, India
dan Pakistan terpaksa mengungsi karena tanah air mereka di duduki secara paksa
oleh pasukan Israel yang dibantu oleh Amerika Serikat. Asia-Afrika pun dilanda
kekhawatiran akibat makin dikembangnya senjata nuklir yang bisa memusnahkan
umat manusia. Walaupun pada masa itu telah ada badan internasional yaitu
Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) yang berfungsi menangani masalah-masalah
dunia, namun nyatanya badan ini belum berhasil menyelesaikan persoalan
tersebut. Sedangkan kenyataannya , akibat yang ditimbulkan oleh masalah-masalah
ini, sebagian besar diderita oleh bangsa-bangsa di Asia Afrika. Keadaan itulah
yang melatar belakangi lahirnya gagasan untuk mengadakan Konferensi Asia
Afrika. Pada tanggal 18 – 25 April 1955 KAA berlangsung di Gedung Merdeka,
Bandung. Konferensi ini dihadiri oleh 29 negara (termasuk 5 negara sponsor)
dari 30 negara yang diundang.
2.
Tujuan KAA
a. Mengembangkan kerjasama antar bangsa-bangsa
Asia Afrika, untuk melanjutkan kepentingan timbal balik
b.
Meninjau masalah-masalah hubungan Sosial, Ekonomi, dan Kebudayaan dalam
hubungannya dengan negara-negara peserta.
c.
Mempertimbangkan masalah-masalah yang menyangkut kedaulatan nasional,
rasionalisme dan kolonialisme.
d. Meninjau kedudukan Asia Afrika serta
memberikan sumbangan untuk meningkatkan perdamaian dan kerjasama internasional.
3. Peran Indonesia Dalam KAA
Indonesia ikut memprakarsai dan sebagai tempat
penyelanggaraan Konferensi Pancanegara II pada tanggal 28 – 29 Desember 1954 di
Bogor, Jawa Barat. Selain itu, Indonesia juga ikut memprakarsai dan sebagai
tempat penyelenggaraan Konferensi Asia-Afrika yang berlangsung pada tanggal
18-24 April 1955 di Gedung Merdeka Bandung, Jawa Barat. Dalam Konferensi ini,
beberapa tokoh Indonesia menduduki peranan penting. Di antaranya adalah : Mr.
Ali Sostromidjoyo sebagai ketua Konferensi, Ruslan Abdulgani sebagai Sekretaris
Jenderal Konferensi, Mr. Muh. Yamin sebagai Ketua Komite Kebudayaan dan Prof.
Ir. Roseno sebagai Ketua Komite Ekonomi.
B. Perkembangan ASEAN dan Peran
Indonesia
1.
Latar Belakang Terbentuknya ASEAN
ASEAN (Association of Southeast Asian Nations)
merupakan sebuah organisasi regional negara-negara di kawasan Asia Tenggara
yang didirikan pada tanggal 8 Agustus 1967. ASEAN atau dalam bahasa Indonesia
biasa disebut dengan Perbara (Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara).
Berdirinya ASEAN
dilatar belakangi oleh beberapa persamaan yang dimiliki oleh negara-negara Asia
Tenggara. Persamaan-persamaan tersebut antara lain persamaan geografis,
persamaan budaya, persamaan
nasib, yaitu pernah dijajah oleh negara asing (kecuali Thailand), dan persamaan kepentingan di berbagai bidang.
Berdirinya ASEAN ditandai dengan pertemuan lima menteri luar negeri negara-negara Asia Tenggara yaitu Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, dan Filipina pada tanggal 5-8 Agustus 1967 di Bangkok, Thailand. Adapun kelima tokoh menteri luar negeri tersebut adalah:
Adam Malik (wakil dari Indonesia), Tun Abdul Razak (wakil dari Malaysia) Rajaratman (wakil dari Singapura), Thanat Khoman (wakil dari Thailand), Narsisco Ramos (wakil dari Filipina).
Berdirinya ASEAN ditandai dengan pertemuan lima menteri luar negeri negara-negara Asia Tenggara yaitu Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, dan Filipina pada tanggal 5-8 Agustus 1967 di Bangkok, Thailand. Adapun kelima tokoh menteri luar negeri tersebut adalah:
Adam Malik (wakil dari Indonesia), Tun Abdul Razak (wakil dari Malaysia) Rajaratman (wakil dari Singapura), Thanat Khoman (wakil dari Thailand), Narsisco Ramos (wakil dari Filipina).
2.
Peran Indonesia Dalam ASEAN
Peranan
indonesia dalam ASEAN sangat besar. Diantaranya :
a)
Indonesia merupakan salah satu negara pemrakarsa berdirinya ASEAN pada tanggal
8 Agustus 1967.
b)
Indonesia juga berusaha membantu pihak-pihak yang bersengketa untuk mencari
penyelesaian dalam masalah Indocina. Indonesia berpendapat bahwa penyelesaian
Indocina secara keseluruhan dan Vietnam khususnya sangat penting dalam
menciptakan stabilisasi di kawasan Asia Tenggara. Pada tanggal 15 – 17 Mei 1970
di Jakarta diselenggarakan konferensi untuk membahas penyelesaian pertikaian
Kamboja.
c)
Indonesia sebagai penyelenggara konferensi Tingkat Tinggi (KTT) pertama ASEAN
yang berlangsung di Denpasar, Bali pada tanggal 23-24 Februari 1976.
d)
Pada tanggal 7 Juni 1976 Indonesia pernah ditunjuk sebagai tempat kedudukan
sekretariat tetap ASEAN dan sekaligus ditunjuk sebagai Seketaris jendral
pertama adalah Letjen. H. R Dharsono yang kemudian digantikan oleh Umarjadi
Njotowijono.
C. Perkembangan Keanggotaan dan
Aktivitas Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Peran Indonesia
1.
Proses Terbentuknya PBB
Perserikatan Bangsa-Bangsa atau
disingkat PBB diresmikan pada tanggal 24 Oktober 1945. Terbentuknya PBB
merupakan perjalanan panjang dari serangkaian pembicaraan yang menghasilkan
naskah dan kegiatan-kegiatan, antara lain Piagam Atlantik, Konferensi
Washington, Konferensi Casablanca, Konferensi Moskow, Konferensi Dumbarton
Oaks, Konferensi Yalta dan Konferensi San Francisco. Piagam Atlantik atau
Atlantic Charter merupakan naskah pertama yang menjadi dasar bagi terbentuknya
PBB. Atlantic Charter di tandatangani oleh Perdana Menteri Winston Churcill
dari Inggris dan Presiden F.D Roosvelt dari Amerika Serikat pada tanggal 14
Agustus 1945.
Sedangkan Konferensi San Francisco
merupakan konferensi terakhir dalam rangkaian kegiatan terbentuknya PBB yang
berlangsung selama 2 bulan, dari 25 April sampai 26 Juni 1945. Pada tanggal 15
Oktober 1945, Polandia menandatangani Piagam Perdamaian. Namun, belum disahkan
oleh pemerintah masing-masing negara yang berjumlah 51 negara.
Piagam Perdamaian baru disahkan oleh
pemerintah masing-masing negara pada tanggal 24 Oktober 1945 yang kemudian
menjadi hari berdirinya PBB secara resmi.
2.
Tujuan PBB
Tujuan Perserikatan Bangsa-Bangsa yaitu
memelihara perdamaian dan keamanan dunia, mengembangkan hubungan antarbangsa,
mengembangkan kerjasama internasioal dalam memecahkan masalah-masalah ekonomi,
sosial, budaya, dan kemanusiaan, memajukan dan menghargai hak asasi manusia,
menjadikan pusat kegiatan bangsa-bangsa dalam mencapai kerja sama yang harmonis
untuk mencapai tujuan PBB.
3.
Peran Indonesia Terhadap PBB
Secara tidak langsung, Indonesia ikut
menciptakan perdamaian dunia melalui kerja sama dalam Konferensi Asia-Afrika,
ASEAN, maupun Gerakan Non Blok. Secara langsung yakni Indonesia mengirimkan
Pasukan Garuda sebagai sumbangan terhadap PBB untuk menciptakan perdamaian
dunia. Pada tahun 1985, Indonesia membantu PBB dengan memberikan bantuan pangan
ke Ethiopia pada waktu dilanda bahaya kelaparan. Indonesia juga pernah dipilih
sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB pada tahun 1973-1974
D. Gerakan Non Blok dan Peran
Indonesia
1. Latar Belakang
Berdirinya GNB
Gerakan Non Blok (non-alignea) merupakan
organisasi negara-negara yang tidak memihak Blok Barat maupun Blok Timur.
Berdirinya Gerakan Non Blok di latar belakangi oleh adanya Krisis Kuba pada
tahun 1961 dimana Uni Soviet membangun pangkalan peluru kendali secara
besar-besaran di Kuba. Hal ini mengakibatkan Amerika Serikat merasa terancam
sehingga suasana menjadi tegang. Selain itu, berdirinya Gerakan Non Blok juga
karena diilhami Konferensi Asia-Afrika di Bandung (1955) di mana negara-negara
yang pernah dijajah perlu menggalang solidaritas untuk melenyapkan segala
bentuk kolonialisme. Gerakan Non Blok akhirnya didirikan bertujuan untuk meredakan ketegangan dunia sebagai akibat
pertentangan antara Blok Barat dan Blok Timur.
2. Peran Indonesia
Dalam GNB
Indonesia ikut memegang peranan penting
dalam GNB. Seperti Bapak Soekarno yang menjadi salah satu dari lima pemimpin
dunia yang mendirikan GNB. Indonesia juga pernah menjadi pemimpin GNB pada
tahun 1991. Saat itu, Presiden Soeharto
terpilih menjadi ketua GNB. Sebagai pemimpin GNB, Indonesia sukses
menggelar KTT X GNB di Jakarta. Indonesia juga berperan penting dalam meredakan
ketegangan di kawasan bekas Yugoslavia pada tahun 1991.
Komentar
Posting Komentar